Rabu, 07 Maret 2012

Detik-Detik Kematian


Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa Rasulullah bersabda, “Orang mu’min disaat menjelang kematiannya keningnya akan berkeringat”.
Dalam Nawadirul Ushul diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hakim, dari Salman Al-Farisi, Rasulullah bersabda, “Lihatlah tiga hal disaat seseorang menjelang kematiannya, apabila dahinya berkeringat, air matanya mengalir dan tenggorokannya bergerak-gerak lancar maka rahmat Allah telah turun kepada  orang tersebut tetapi apabila dia mengeluarkan dengkuran seperti suara lenguhan sapi yang tercekik dan warna mukanya hitam maka azab Allah telah turun kepadanya”.
Ubaidullah berkata, “Seorang mu’min bisa saja dosa-dosanya masih tersisa dan Allah membalasnya disaat sakaratul maut sehingga keningnya berkeringat”.
Seorang ulama berkata, “Keringat di kening seorang mu’min ketika menjelang kematiannya adalah karena rasa malunya kepada Allah ketika dia melihat dosa-dosanya disaat menghadap Allah”.
Abdullah bin mas’ud berkata, “Bisa jadi keringat di kening seorang mu’min disaat kematiannya adalah dia masih mempunyai sisa-sisa dosa yang dibalas oleh Allah disaat sakaratul maut dengan mempersulitnya lalu Allah menghapus seluruh dosa-dosanya. Dia keluar dari dunia fana ini dengan susah payah untuk menemui Rob-nya”.
Imam Al-Qurthubi berkata, “Kami telah menyaksikan ketiga dan sebagian tanda-tanda tersebut”.
Diriwayatkan oleh Bukhori dari Aisyah bahwa Rasulullah disaat menjelang kematiannya di sampingnya ada sebaskom air dingin dan tangan mulia penuh berkah itu selalu mencelupkanya lalu mengusapkannya ke mukanya sambil tidak henti-hentinya melafadzkan, “La ilaha Illallah, sesungguhnya setiap kematian itu ada sakaratul maut”. Lalu beliau sekali lagi membasahi mukanya dengan air tersebut sehingga rohnya yang mulia keluar untuk menghadap Penciptanya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari jabir, Rasulullah bersabda, “Kalian selalu membicarakan tentang Bani Israil, itu tidak apa-apa sesungguhnya mereka mempunyai banyak keajaiban”. Rasulullah lalu bercerita kepada kami, “Pada suatu hari sekelompok Bani Israil mendatangi sebuah kuburan. Mereka berkata, “Seandainya kita shalat di kuburan ini sebanyak dua rakaat dan memohon kepada Allah untuk menghidupkan penghuni kubur ini dan memberitahukan kepada kami tentang kematian”. Merekapun lalu shalat dan memohon kepada Allah. Disaat mereka tengah khusyu’ dalam shalatnya tiba-tiba sebuah kepala menyembul dari kuburan tersebut. Kepala lelaki yang baru bangkit dari dalam kubur itu tampak hitam dan terdapat tanda-tanda sujud pada kening diantara kedua matanya. “Wahai orang-orang, apa yang kalian inginkan? Saya telah meninggal sejak seratus tahun yang lalu tetapi saya masih merasakan panasnya sakaratul maut sampai sekarang. Berdo’alah kepada Allah supaya mengembalikan saya seperti semula”.
Diriwayatkan bahwa Allah berfirman kepada Ibrahim as, “Wahai Khalil-Ku bagaimanakah engkau mendapati kematian?. Ibrahim as menjawab, “Bagaikan sebatang besi runcing yang dibakar membara lalu ditusukkan ke kulit yang masih basah lalu dicabut kembali”. Allah kembali berfirman, “Padahal Aku telah mencabutnya dengan pelan-pelan”.
Diriwayatkan ketika roh Musa as telah sampai ke hadlirat Allah, Dia berfirman, “Wahai Musa bagaimanakah engkau mendapati kematian”. Musa menjawab, “Aku bagaikan seekor burung yang di panggang hidup-hidup, saya tidak bisa terbang ataupun langsung mati sehingga saya bisa terbebas dari siksaaannya”.
Diriwayatkan oleh Hamid Ath-Thawil dalam hadist marfu’ Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya malaikat telah mengikat hamba yang sedang sakaratul maut karena seandainya tidak diikat maka dia akan berlari-lari ke gurun karena dahsyatnya sakaratul maut”.
Disaat Amru bin Ash menghadapi sakaratul maut, putranya bertanya kepadanya, “Wahai Ayah, Anda pernah berkata, “Seandainya saya tetap sebagai seorang yang cerdas disaat kematian menjelang sehingga saya bisa menceritakan sakaratul maut”. Saya melihat Andalah orangnya, ceritakanlah kepadaku tentang sakaratul maut itu”. Amru bin Ash berkata, “Demi Allah, wahai Anakku, tubuhku seakan-akan tenggelam di dasar sumur api, napasku bagaikan ujung-ujung jarum dan rohku seakan-akan sebatang pohon penuh duri yang ditarik paksa dari ujung kakiku ke ke ujung kepalaku”.
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Aku telah mendapat kabar, dan Allah yang lebih mengetahui, bahwasannya malaikat maut itu melihat muka anak Adam setiap hari sebanyak tigaratus kali. Dan saya juga mendapat kabar bahwa malaikat maut melihat ke rumah-rumah anak Adam di kolong langit ini tujuhratus kali setiap hari. Saya mendapat kabar bahwa kepala malaikat maut berada di langit dan kakinya di bumi, dan bumi beserta seluruh isinya baginya hanyalah bagaikan piring diantara kedua tangan kalian sehingga kalian bisa makan isinya dengan mudah. Saya mendapat kabar bahwa malaikat maut berdiri di tengah-tengah dunia dan selalu mengawasi seluruh isi dunia, daratannya, lautnya, lembahnya dan gunungnya. Dunia ini baginya hanyalah bagaikan sebutir telor diantara kedua kaki kalian. Saya mendapat kabar bahwa malaikat maut mempunyai banyak pengikut, satu orang pengikutnya seandainya Allah mengizinkan untuk menelan bumi dan langit pastilah akan ditelannya. Saya mendapat kabar bahwa para malaikat sangat ketakutan kepada malaikat maut melebihi takutnya kalian terhadap binatang buas. Saya mendapat kabar bahwa para malaikat pembawa Arsy apabila didekati oleh malaikat maut maka mereka akan gemetar dan mengecil sehingga mereka bagaikan sebutir gandum. Saya mendapat kabar bahwa malaikat maut mencabut roh para Anak Adam dari bawah anggota badannya, kulitnya dan kuku-kukunya dan tidak akan sampai roh itu dari satu persendian ke persendian yang lain kecuali begitu sakit bagaikan pukulan sebilah pedang dan hunjaman sebatang tombak. Saya mendapat kabar apabila sehelai rambut orang yang sedang sakaratul maut ditaruh kepada penduduk langit dan bumi pastilah mereka akan binasa. Dan disaat roh telah mencapai tenggorokan maka malaikat maut langsung mengambil alih roh tersebut dari anak buahnya. Saya mendapat kabar bahwa roh orang yang beriman setelah dicabut langsung ditaruh di atas sehelai sutera putih yang berbau harum misk sedangkan roh orang yang kafir akan ditaruh disebuah tabung hitam yang penuh dengan gejolak api yang baunya lebih busuk daripada bangkai”.
Seorang penyair berdendang,
“Kuingat kematian tapi saya sama sekali tidak merasa gentar
Sungguh hatiku keras bagaikan batu
Kucari harta duniawi seakan-akan aku akan kekal selamanya
Padahal kematian selalu mengintai di belakangku
Cukuplah kematian sebagai pemberi peringatan
Dan tidak seorangpun yang akan sanggup melarikan diri darinya”.
Maka hendaknya Anda berpikir wahai Saudaraku disaat Anda diangkat dari kasur yang empuk menuju ke pemandian, pakaianmu mulai ditanggalkan dan diganti dengan kain kafan, sanak saudara dan para tetangga mulai menangisimu dan saat itu juga Anda telah kehilangan keluarga dan sahabat yang Anda cintai.
Seorang penyair berdendang,
“Wahai dia yang tertipu! Kenapa engkau masih bermain-main?
Engkau masih asyik dengan angan-anganmu
Sedangkan kematian telah dekat
Engkau tahu bahwa sifat rakus adalah lautan yang sangat dalam
Bahteranya adalah dunia maka janganlah engkau merusaknya
Engkau tahu bahwa kematian akan datang secara mendadak
Dan engkau akan meminum minuman yang rasanya tidak segar
Engkau seakan-akan memberi wasiat
Dan engkau akan melihat anak-anakmu yang menjadi yatim
Ibunya menangis pedih
Sambil menampar wajahnya”.
Para ulama berkata, “Sesungguhnya Allah mempersulit para nabi disaat sakaratul maut adalah untuk mengangkat derajat mereka ke tempat yang lebih tinggi. Kesulitan disaat sakaratul maut juga bisa dialami oleh orang-orang yang beriman lainnya dan itu semua adalah sebagai penebus dosa-dosa mereka selama hidupnya. Dan Allah juga Maha Kuasa untuk mengangkat derajat orang-orang yang beriman tanpa memberinya cobaan.
Dikisahkan bahwa pada suatu ketika khalifah Harun Ar-Rasyid menderita sakit yang membawanya kepada kematiannya. Disaat sakitnya semakin parah dia lalu mengundang dokter kepercayaannya. Kepada dokternya itu dia meminta untuk melihat air kencingnya bersama air kencing orang-orang yang menderita sakit dan orang-orang yang sehat. Ketika dia melihat warna air kencingnya khalifah Harun Ar-Rasyid menjadi putus asa dan bersenandung,
“Sang dokter sanggup menolak penyakit
selama ajal belum tiba
dan disaat ajal telah tiba
dokterpun menjadi kebingungan
dan obat serta mantrapun tidak akan berguna”.
Khalifah Harun Ar-Rasyid lalu meminta beberapa kain kafan lalu memilihnya sendiri dan memerintahkan untuk menggali kuburnya di depan peraduannya lalu dia berkata, “Hartaku sama sekali tidak berguna dan kekuasaanku juga ikut hancur”.
Khalifah Harun Ar-Rasyid kemudian meninggal dunia pada malam harinya.

Tidak ada komentar: